Perbedaan 3 Warna Dasar

Saat turun hujan mungkin kita merasa kesal atau apapun itu. Tapi sadarkah? Bahwa hujan yang turun merupakan rizqi dari-Nya. Tak akan ada kehidupan apabila tak ada hujan. Selain itu kita juga sering mendapati keindahan alam setelah hujan. Jika ada cahaya matahari yang melewati titik – titik air hujan maka sinarnya akan dibiaskan berdasarkan panjang gelombangnya masing – masing sehingga kita dapat melihat warna – warna yang berbeda di langit, atau sering kita sebut sebagai pelangi.

Jika kita lihat dari keindahannya, pernahkah kita berfikir mengapa sinar matahari itu bisa menjadi punya banyak warna?

Ada 7 warna berbeda yang kita ketahui yang terdapat pada pelangi, dan masing – masing memiliki panjang gelombang yang berbeda.

Ketika ada cahaya putih yang melewati sebuah prisma, maka cahaya tersebut akan dibiaskan.

Pada kasus kali ini cahaya putih tersebut melewati titik – titik air hujan yang kemudian dibiaskan sama seperti saat cahaya putih tersebut melewati prisma.

Dari ketujuh warna yang terdapat pada biasan itu ternyata ada 3 warna dasar yang membentuk semua warna yang ada.

Saat pelajaran seni rupa di sekolah mungkin kita diberitahu bahwa warna dasar yang ada itu adalah merah, biru, dan kuning.

Dengan kombinasi sebagai berikut

merah + kuning = jingga

merah + biru = ungu

kuning + biru = hijau

Itulah yang kita pelajari saat di sekolah dulu.

Namun itu kita dengar dari guru kesenian kita. Tapi apakah jawaban yang sama akan kita dengar dari guru fisika kita? atau seorang fisikawan? Ternyata berbeda. Mereka mengatakan bahwa 3 warna dasar itu adalah merah, hijau, dan biru atau sering kita temukan dengan singkatan RGB (red, green, blue).

Mengapa hal ini bisa terjadi? Lalu apakah memang seorang seniman dan seorang fisikawan itu selalu bertentangan?

Sebuah benda dapat kita lihat karena ada cahaya yang memantul dari benda kemudian diterima oleh mata kita.

Sebagai contah mengapa kita melihat daun berwarna hijau?  Itu karena daun menyerap gelombang cahaya tertentu dan memantulkan gelombang cahaya hijau. sehingga kita melihat bahwa daun itu berwarna hijau.

Begitupun antara seniman dan fisikawan. fisikawan mengatakan 3 warna dasar adalah merah, hijau, dan biru karena mereka meninjau sumber warna itu adalah cahaya. Sedangkan seniman mengatakan 3 warna dasar adalah merah, kuning, dan biru karena mereka meninjau dari cat warna (pigmen warna).

Cat warna memiliki pigmen yang dapat menyerap dan memantulkan cahaya. pigmen warna merah itu menyerap gelombang warna hijau dan biru sedangkan gelombang warna merah dipantulkan. Pigmen warna biru itu menyerap gelombang warna merah dan hijau sedangkan gelombang warna biru dipantulkan. Dan pigmen warna kuning menyerap gelombang warna merah sedangkan gelombang warna biru dan hijau dipantulkan sehingga mata kita menangkap gelombang warna tersebut sebagai warna kuning.

Barometer Matter

Berikut ini merupakan pertanyaan pada sebuah ujian di Universitas Copenhagen, jurusan fisika :

Uraikan cara untuk menentukan tinggi dari sebuah gedung pencakar langit, dengan menggunakan barometer.

Seorang mahasiswa menjawab : ” Ikatkan saja seutas kawat ke leher barometer, lalu turunkan barometernya sampai ke tanah. Panjang kawat ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi bangunan itu.”

Jawaban jujur ini membuat para penguji berang. Dapat dipastikan, si mahasiswa akan gagal ujian seketika. Namun si mahasiswa protes, berkata bahwa jawabannya tidak salah. Kemudian, pihak Universitas menunjuk seorang penengah untuk memecahkan masalah ini.

Sang penengah tidak meragukan bahwa jawaban si mahasiswa benar, tetapi tidak mencerminkan pengetahuan tentang fisika sama sekali. Untuk menyelesaikan masalah ini, diputuskan untuk memanggil si mahasiswa dan memberinya kesempatan 6 menit untuk pembuktian lisan, yang setidaknya menunjukkan prinsip-prinsip dasar fisika.

Selama 5 menit, si mahasiswa hanya duduk bergeming. Dahinya berkerut, tampak berpikir. Sang penengah kemudian mengingatkan kalau waktu terus berjalan. Si mahasiswa menjawab, bahwa dia telah menemukan beberapa jawaban yang sungguh relevan, tapi belum bisa memutuskan mana yang mau dia kemukakan. Akhirnya, karena diburu-buru, si mahasiswa pun mulai menjawab seperti ini: 

  •  ”Pertama, kita bisa membawa barometer itu ke atap gedung, menjatuhkannya ke tanah, dan mengukur waktu yang diperlukannya untuk sampai ke sana. Tinggi gedung bisa didapat dari formula H =0.5g x t kuadrat. Tapi nasib malang untuk si barometer.
  •  Atau, jika matahari sedang bersinar terik, kita bisa mengukur tinggi barometer, lalu mengukur panjang bayangannya. Kemudian kita ukur panjang bayangan gedung, dan dari situ, tinggal masalah perbandingan aritmatika untuk menentukan tinggi gedungnya.
  •  Tapi, kalau anda ingin lebih ilmiah lagi, kita bisa mengikatkan benang, pendek saja, pada barometer, dan mengayunkannya seperti pendulum. Pertama, pada permukaan tanah, kemudian pada atap gedung. Tingginya didapat dari perbedaan gaya pemulih gravitasional T = akar 2 pi kuadrat (l / g).
  •  Atau jika gedung ini punya tangga darurat esternal, akan lebih mudah berjalan disana dan menandai tinggi gedung dalam tinggi barometer, kemudian menjumlahkannya.
  •  Jika anda ingin benar-benar membosankan dan ortodox, tentu saja, anda dapat menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara di atap gedung dan di tanah, kemudian mengkonversi perbedaannya dari millibar ke dalam feet atau meter untuk mendapatkan tinggi gedung.
  • Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metode ilmiah, tidak diragukan lagi, cara terbaik adalah mengetuk pintu petugas kebersihan, lalu berkata padanya ‘kalau kamu mau punya sebuah barometer baru yang bagus, akan kuberikan ini, asalkan beritahu aku tinggi dari gedung ini’.”

Mahasiswa itu adalah Niels Bohr, pemenang Nobel Fisika.

————————————————————————————————————————————————————————

kita seharusnya tidak membatasi pengetahuan dan pemahaman kita tentang sesuatu, hanya dari apa yang kita dengar, lihat, dan atau pelajari.

Terlepas dari benar-tidaknya cerita ini, ketika si otak kanan bekerja sama dan berkompromi dengan si otak kiri, mereka membuka semilyar kemungkinan, bukan?

fyi, barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara – Wiki

sumber : Fuckyeahphysics